21.1.10

Ujian nasinonal: gimana mau dihargai kalau kita tidak punya harga.


Ujian nasinonal: gimana mau dihargai kalau kita tidak punya harga.
Oleh: Adithya Raja Manggala

Minggu, 17 Januari 2010, saya baca sebuah arlikel berita didetik.com yang judulnya Ratusan Orang Demo di Bundaran HI Tolak UN, dan dalam aksinya tersebut beberapa ada yang membawa spanduk dengan tulisan Dalam aksinya mereka membentangkan tiga spanduk berukuran 1x2 meter berwarna putih bertuliskan 'Ujian Nasional melanggar hak-hak anak, stop UN, patuhi hukum, jalankan putusan pengadilan, UN ilegal, melanggar HAM, boikot UN'.,
Melihat pemberitaan tersebut saya pribadi melihat prihatin dan ironi melihat bangsa ini, saya berbicara disini bukan karena saya berkerja dibidang assessmen jadi lebih condong mendukung UN, tetapi ini didasarkan beberapa hal pentingnya UN di laksanakan dinegeri ini:
1. Benchmark, dari mana kita bisa tahu kompetensi seseorang jika kita tidak tahu harga standartnya, dan yang lebih parahnya itu harganya yang menentukan adalah gurunya (apakah seorang guru tau standart soal yang harus di buat untuk mengetahui apakah anak itu sudah layak untuk kejenjang berikutnya). Untuk contoh gampangnya, test toefl untuk bahasa ingris menjadi acuan setiap negara, lembaga penyedia beasiswa, dan perusahaan. Ini diberlakukan agar kita tahu tolak ukur individu tersebut sampai mana, sehingga kita tahu individu tersebut sudah sampai mana tingkat kompentesinya. Jika takut untuk menghadi ujian nasional giman kita mau jual kompentesi kita secara international, orang secara nasional saja masih takut.
2. Mengurangi bias guru dalam menilai anak didiknya: ini permasalah yang masih terkait dari masalah diatas. Tidak bisa dipungkiri bahwa bias anak didik pasti akan terjadi jika kita mengunaka sistem penilaiyan dari guru , untuk contoh: sibudi anak yang baik, orang tuanya donatur sekolah, cuma dalam hal prestasi akademis sedikit kurang. Dan saat sekolah membuat soal untuk kelulusan ternyata hasilnya dia tidak lulus, apakah guru tersebut tega untuk tidak meluluskan..?

Kesalahan mindset tidak lulus.

Selama ini orang tua mengangap bahwa anaknya yang tidak lulus ujian dianggab sebagai aib,inilah yang membuat orang tua merasa tidak terima ketika anaknya tidak lulus ujian. Sebernannya banyak nilai secara psikologi yang dapat kita ambil dari sistem lolos atau tidak lolos ujian, yang paling tidak kita bisa ambil adalah jangan takut akan kekalahan dan kekalahan adalah hanya kegagalan yang tertunda. Beberapa penentang UN yang melontarkan kritik antara lain: “ gimana hati nurani kita jika anak itu sudah belajar salam 3 atahun dan kebetulan pas hari ujian badannya tidak enak sehingga tidak bisa konsentrasi pada saat mengerjakan ujian, apakan satu hari dapat mengejudje 3 tahun” jika saya ada di situ saya akan mnjawab itu kosekwensi, saya coba mengabil satu kasus ketika team bola inggris tidak masuk ke final pada saat piala dunia 2006 kemarin Cuma gara david beckham cedera, apakah team inggris meminta menggu sampai beckham sembuh???, hahhahha... ini hanya tulisan iseng saya saja ayang prihati terhadap sekelompok orang yang takut akan perubahan kearah lebih maju, gimana negara ini mau maju kalau masih banyak orang-orang yang seperti itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar